Salah Kaprah soal Cara Mematikan Mesin Mobil

Kompas.com - 27/09/2015, 14:06 WIB

Jakarta, KompasOtomotif — Kebiasaan orangtua kita mematikan mesin dengan menderungkan mesin terlebih dahulu sebelum memutar kunci kontak ke posisi off masih sering dilakukan. Padahal, kebiasaan ini justru salah kaprah karena mobil-mobil generasi baru sudah jauh lebih canggih.

Salah satu alasan orang zaman dulu menderungkan mesin adalah demi menjaga daya aki tetap terjaga pada dinamo starter. Sehingga, ketika kemudian hendak dinyalakan, mesin bisa hidup dengan mudah.

Saiful Anwar, Wakil Bengkel Plaza Toyota Pemuda Jakarta Timur, mengatakan, penyebab cepat rusaknya komponen pada mesin mobil bisa terjadi karena kebiasaan yang salah, misalnya bagaimana mematikan mesin kendaraan. Kebiasaan ini biasa dilakukan karena faktor turun-temurun, efek yang ditimbulkan juga tidak sesaat, tetapi dalam jangka waktu panjang.

“Komponen mesin akan cepat mengalami keausan, bahkan bisa membuat mesin jebol, saat tidak mengerti cara mematikan mobil tidak benar. Jika begitu, usia mesin akan berkurang dari semestinya, jadi sangat merugikan,” ujar Saiful, Rabu (23/9/2015).

Saiful melanjutkan, jadi hindari mematikan mobil saat putaran mesin masih tinggi. Sebaiknya tunggu terlebih dahulu hingga rpm mesin stabil. Kemudian hindari kebiasaan menarik gas ketika akan mematikan kendaraan.

Sebelum mematikan mesin, pastikan beberapa fitur di dalam kabin sudah non-aktif, seperti AC, sistem audio, dan lampu-lampu. “Jika memang tidak dalam kondisi darurat, sebaiknya tunggu sesaat ketika akan mematikan mesin mobil,” ujar Saiful.

Butuh pelumas

Saiful menambahkan, karena saat putaran tinggi, mesin butuh pelumasan yang lebih, dan ketika mesin dimatikan tiba-tiba, maka tekanan untuk pelumasan mobil akan berkurang drastis, padahal mesin masih dalam kondisi panas, yang seharusnya masih membutuhkan sistem pelumasan.

“Pasalnya, saat panas, kondisi komponen masih dalam temperatur tinggi dan posisi juga masih mengembang. Saat mesin dimatikan, otomatis suplai pelumasan juga berhenti. Akibatnya, dinding-dinding yang bersentuhan, seperti dinding silinder, akan lebih cepat aus,” ujar Saiful.

Saiful mengibaratkan, manusia yang sedang berlari kencang, kemudian secara tiba-tiba dijegal kakinya dengan paksa oleh orang lain, dan pasti akan langsung terjatuh serta cedera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com