Penyair "Gila" dan Bloger Tertua

Kompas.com - 15/03/2012, 02:30 WIB

DEFRI WERDIONO

Pada usianya yang ke-63 tahun, Arsyad Indradi terus berkarya. Lebih dari 1.000 judul puisi telah ia hasilkan. Sejumlah rekan menjulukinya sebagai penyair ”gila”. Baru-baru ini komunitas bloger di Tanah Air juga telah menobatkan dirinya sebagai bloger tertua di Indonesia.

Abah Arsyad, begitulah ia biasa dipanggil. Di kalangan sastrawan Kalimantan Selatan, sosok pensiunan pegawai negeri yang beken dengan rambut panjang ini sudah tidak asing lagi. Ia sudah malang melintang di dunia sastra sejak puluhan tahun silam.

Ditemui di rumahnya di Jalan Pramuka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Minggu (12/2), Abah Arsyad menunjukkan delapan buku hasil karyanya. Buku-buku yang ditulisnya itu, antara lain, berjudul Nyanyian 1.000 Burung, Romansa Setangkai Bunga, Anggur Duka, dan Risalah Penyair Gila.

Selain itu, ada juga buku yang berjudul Kalalatu, Narasi Musafir Gila, dan tidak ketinggalan Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara 142 Penyair Menuju Bulan. Buku-bukunya tersebut dicetak sejak awal tahun 2007. Abah Arsyad ternyata tidak mencetak buku-buku itu melalui penerbit atau percetakan buku yang umumnya mematok harga mahal. Dia mencetak sendiri dengan cara manual.

Bisa dibayangkan bagaimana ribet-nya. Ia harus menulis ulang di komputer, membuat tata wajah (lay out), dan mencetak isi buku itu, halaman demi halaman. Setelah itu baru dirapikan dan dijilid dengan tangan. Padahal, tidak semua buku tergolong tipis. Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, misalnya, memiliki tebal 728 halaman.

Menurut Abah Arsyad, semua yang dilakukan itu semata-mata lantaran dirinya ingin menerbitkan buku sastra. Sementara menerbitkan lewat jalur yang lazim melalui percetakan modern biayanya cukup tinggi. ”Mencari sponsor untuk menerbitkan buku sastra juga cukup sulit,” ujarnya.

Yang menjadi catatan, sebelum menerbitkan sendiri buku-bukunya itu, Abah Arsyad ternyata tidak menguasai komputer. Jangankan mengetik, mematikan dan menghidupkan peranti modern tersebut dirinya mengaku tidak bisa. ”Memang di rumah saya ada komputer milik anak, tapi saya sebelumnya tidak bisa menggunakannya,” ujarnya.

Gayung bersambut

Buku pertama yang diterbitkan adalah Antologi Puisi Penyair Nusantara 142 Penyair Menuju Bulan. Seperti bunyi judulnya, buku itu berisi puisi karya 142 dari 186 penyair di Indonesia. Mereka antara lain Ahmadun Yosi Hertanda, D Zawawi Imron, dan I Made Suantha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com