Peneliti: Gula Sebaiknya Diregulasikan Layaknya Racun

Kompas.com - 06/02/2012, 09:32 WIB

KOMPAS.com - Gula dan zat pemanis lainnya dinilai beracun bagi tubuh manusia, sehingga harus diregulasikan secara ketat seperti halnya alkohol oleh pemerintah di seluruh dunia.

Hal tersebut mengemuka di jurnal Nature oleh para peneliti di University of California, San Francisco. Para peneliti mengusulkan regulasi seperti pengenaan pajak pada semua makanan dan minuman yang diberi gula tambahan, Melarang penjualannya di dalam atau di dekat lingkungan sekolah dan memberlakukan batasan umur untuk pembeliannya.

Para peneliti menyebut sejumlah hasil studi dan statistik yang menguatkan usulan mereka tentang betapa berbahayanya gula tambahan, dan dianggap merusak masyarakat seperti halnya alkohol dan tembaga. Secara spesifik disebutkan bahwa gula tambahan yang dimaksud mencakup sukrosa, campuran glukosa, dan fruktosa yang terdapat dalam sirup jagung tinggi fruktosa dan dalam gula rumah tangga yang terbuat dari tebu dan beet.

Satu sendok makan gula dianggap dapat meningkatkan tekanan darah, kolesterol, dan resiko kerusakan lever, jantung, menyebabkan obesitas dan diabetes.

Latar belakang usulan para peneliti ini cukup masuk akal mengingat di Amerika Serikat, lebih dari dua per tiga penduduknya mengidap berat badan berlebih dan setengahnya dinyatakan obesitas. Sekitar 80 persen dari penyandang obesitas berpotensi menderita diabetes atau kerusakan metabolisme dan mengurangi angka harapan hidup.

Kasusnya pun cenderung sama di seluruh dunia. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa angka pengidap obesitas cenderung melampaui angka kurang gizi. Obesitas dinilai sebagai masalah umum di banyak negara.

PBB juga menyebutkan bahwa penyakit kronis yang berhubungan dengan pola makan seperti jantung, diabetes dan beberapa jenis kanker -- untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia -- lebih mematikan dibanding penyakit-penyakit infeksi.

Banyak peneliti yang menganggap gula sebagai racun jika dikonsumsi berlebih. Glukosa yang berasal dari karbohidrat kompleks seperti gandum utuh, lebih aman dicerna sel di seluruh tubuh, akan tetapi elemen fruktosa dari gula dimetabolisme terutamanya di lever.

Dari sinilah masalah bermula, membebani lever, memicu penyakit liver gemuk, dan akhirnya menyebabkan resistensi insulin, penyebab utama obesitas, dan diabetes. (LiveScience.com/Ni Ketut Susrini)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com