Thailand Tangkap Tersangka Teroris

Kompas.com - 14/01/2012, 11:08 WIB
R. Adhi Kusumaputra

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com — Pihak berwajib Thailand menangkap seorang tersangka teroris asal Lebanon, yang dituduh berusaha menyerang tempat wisata yang sering dikunjungi turis Barat.  Demikian pernyataan resmi Pemerintah Thailand, yang dikutip CNN, Sabtu (14/1/2012).

Pernyataan ini muncul pada hari yang sama ketika Amerika Serikat dan Israel memperingatkan warga mereka yang berada di Thailand tentang kemungkinan adanya serangan teroris di kawasan wisata di Bangkok.

Pemerintah Thailand menyebutkan, tersangka teroris itu diyakini berasal dari Hezbollah, kelompok Muslim Syiah yang aktif di Lebanon. 

Amerika Serikat sudah menyampaikan informasi ini kepada pihak berwenang Thailand sehingga Pemerintah Thailand waspada dan memburu tersangka. "Negara-negara tetangga Thailand juga menerima informasi yang sama," kata Chaisaeng.

Seorang pejabat Amerika mengatakan, ancaman teror terhadap kepentingan AS dan Barat "sangat nyata". Saat ini sedang diselidiki kemungkinan orang lain terlibat dalam rencana serangan ini. Pejabat tersebut tidak memberikan penjelasan rinci apa pun soal rencana serangan itu. Demikian juga Kedutaan AS di Bangkok tidak memberikan informasi lebih jauh perihal sumber ancaman tersebut.

Biro Kontra-Terorisme Israel memberi "serious travel warning" kepada warganya yang ke Bangkok pada Jumat sore, dan mengatakan ada kemungkinan serangan terhadap turis Israel.

Peringatan itu menyebutkan, tersangka berkebangsaan Lebanon yang ditangkap adalah anggota Hezbollah dan bagian dari kelompok yang merencanakan menyerang ibu kota Thailand.

Thailand saat ini merupakan destinasi wisata yang populer, dan Bangkok memiliki sarana transportasi yang menghubungkan beberapa wilayah di Asia Tenggara.

Sejumlah analis terbelah sikap soal Hezbollah. "Dalam sejarahnya, Hezbollah tidak aktif muncul di Thailand," kata analis terorisme CNN, Peter Bergen.

Namun, Matthew Levitt, pakar kontraterorisme dan intelijen di Washington Institute for Near East Policy, mengatakan, kelompok itu sudah ada sejak dulu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com