Tim Dokter Pasang Selaput Pelindung Jantung

Kompas.com - 22/09/2011, 06:21 WIB

Jakarta, Kompas - Tim dokter Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita dan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita mengoperasi Siti Arrahma (10 hari), bayi dengan jantung di luar tubuh, Rabu (21/9). Operasi tahap pertama ini bertujuan menutupi jantung agar terlindung dari infeksi.

”Penyakit jantung bawaan ini jarang terjadi, rata-rata delapan per 1 juta kelahiran,” kata Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Supriyantoro saat menjenguk bayi itu di RSAB Harapan Kita.

Jantung di luar dada (Ectopia cordis) tidak terlindung sehingga mudah terinfeksi. Pembuluh darah yang menghubungkan jantung dengan organ tubuh lain juga mudah terpelintir dan membahayakan bayi.

Siti adalah anak Khairuddin (28)-Diana (25), warga Desa Muara Basung, Kabupaten Bengkalis, Riau, yang lahir pada 12 September lalu. Kelahiran berlangsung normal, dibantu dukun.

Saat diketahui ada kelainan, bayi langsung dirujuk ke RS Permata Hati, Duri, kemudian dirujuk ke RS Ibnu Sina, Pekanbaru. Bayi dijemput tim dokter RSAB Harapan Kita dan dibawa ke Jakarta pada 18 September.

Ketua tim dokter RSAB Harapan Kita yang menangani kasus ini, TB Firmansyah Rifai, mengatakan, penyebab kelainan jantung ini belum diketahui pasti. Salah satu dugaan, akibat kurang gizi dan pola asupan makanan ibu yang salah.

Jantung bayi ini tidak mungkin dimasukkan ke tubuh karena rongga jantung yang ada diokupasi paru-paru.

Karena itu, tim akan menutup jantung dengan bahan sintetik hidup dari kardium sapi. Jika tidak sesuai, dokter akan menggunakan bahan sintetik untuk menutup jantung, demikian dokter spesialis bedah toraks kardiovaskuler RSJPD Harapan Kita, Tri Wisesa.

Operasi akan dilakukan dalam beberapa tahap karena jantung Siti banyak kelainan, seperti gangguan aliran darah yang membawa oksigen dari jantung ke paru (tetralogy of fallot) dan gangguan pada sekat bilik jantung (ventricular septal defect).

”Pengalaman menunjukkan, bayi dengan kelainan seperti ini tak mampu bertahan hidup lebih dari satu bulan. Namun, tim dokter akan tetap berusaha,” kata Supriyantoro. (MZW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com