Mengapa Susu Segar Lebih Baik?

Kompas.com - 27/05/2009, 19:07 WIB

KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda tentang slogan "4 Sehat 5 Sempurna"? Slogan ini sekarang lebih populer dengan istilah "gizi seimbang", dimana tubuh memerlukan asupan yang mengandung lima kelompok gizi dengan jumlah seimbang (tidak lebih dan tidak kurang). Kelima zat gizi tersebut adalah karbohidrat, protein, dan lemak (zat gizi makro), serta vitamin dan mineral (zat gizi mikro). Kelebihan atau kekurangan zat gizi tersebut akan menimbulkan masalah gizi. Penduduk Indonesia, menurut penelitian Bank Dunia tahun 2006, memiliki masalah zat gizi makro, mikro, maupun obesitas.

Kemungkinan besar, masalah gizi ini kerap dihadapi karena ketidaktahuan kita bahwa komposisi zat gizi dalam setiap jenis makanan ternyata mengandung kelebihan dan kekurangan. Makanan tinggi karbohidrat, misalnya, ternyata kekurangan vitamin dan mineral. Makanan kaya vitamin C, ternyata kekurangan vitamin A. Padahal, zat gizi ini saling tergantung satu sama lain. Contohnya, vitamin A perlu lemak sebagai pelarut dan pengangkut. Vitamin C diperlukan untuk penyerapan zat besi. Karena itu, untuk memenuhi semua zat gizi tersebut, sebaiknya kita mengonsumsi berbagai variasi makanan.

Susu, ternyata telah memiliki zat gizi yang lengkap, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, D, E, K, dan C, serta berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, besi, seng, dan magnesium. Sebagai gambarannya, susu bubuk yang sering kita minum (takaran 5 sendok makan), mengandung 110 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat, dan 7 gram lemak. Kandungan zat gizi ini sama seperti jika Anda mengonsumsi 1 gelas (200 gram) susu sapi, 5 sendok makan susu kedelai bubuk, atau 1 gelas (200 gram) yoghurt.

Produksi susu saat ini telah disesuaikan kebutuhan manusia yang berbeda-beda. Wanita hamil, misalnya, membutuhkan susu berkalsium tinggi dan asam folat karena sekaligus untuk pembentukan tulang dan mencegah cacat otak pada janin di dalam kandungan. Pria yang sedang mengolah tubuh perlu susu tinggi protein untuk pembentukan massa otot. Kaum vegetarian murni bisa mengonsumsi susu kedelai yang juga kaya protein. Bila Anda takut gemuk, bisa memilih susu skim (tanpa lemak). Artinya, kandungan zat gizi dalam susu bisa ditambah atau dikurangi untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen.

"Saat ini semua jenis susu sudah tersedia, dan mudah didapat. Jadi, kita bisa memilih susu yang sesuai kebutuhan kita," demikian menurut dr. Ina Hernawati, MPH, Direktur Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan, di Hotel Gran Melia Jakarta, Selasa (26/5) lalu.

Mengapa susu segar UHT menjadi pilihan?

Kurangnya kesadaran kita akan manfaat susu, mahalnya harga susu, serta produksi susu nasional yang hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi susu sebesar 23,45% atau 2,19 kg per kapita tiap tahun, menjadi penyebab mengapa Indonesia masih jauh tertinggal dalam konsumsi susu. Data Tetra Pak Indonesia (perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan cair) tahun 2008 menyebutkan, rata-rata orang Indonesia hanya minum 10 liter/kapita per tahun (sekitar 55 gelas). Bandingkan dengan Malaysia, yang mengonsumsi 30 liter/kapita per tahun, atau Vietnam yang mencapai 12 liter/kapita per tahun.

Menyadari kekurangan ini, Tetra Pak sejak 2004 lalu telah mendukung Kampanye Minum Susu. Bersama Departemen Pertanian, Tetra Pak mencanangkan Hari Susu Nusantara pada 1 Juni 2009. Tetra Pak menyarankan agar masyarakat mengonsumsi susu segar, dimana kandungan zat gizinya tidak ditambah atau dikurangi, dan belum mendapat perlakuan apa pun.

Bila dilihat dari cara pembuatan dan pengolahannya, terdapat enam macam susu:

* Susu segar, yaitu ASI dan non ASI (susu sapi, kambing, kerbau) yang diperoleh dengan pemerahan yang benar. Susu segar hanya dapat bertahan 4 jam setelah pemerahan. Selain itu, susu segar juga sulit didapat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com